<$BlogRSDURL$>
 

Thursday, July 22, 2004

 

Maen Bejah-Bejahan


Kejadian yang saya ceritakan ini sudah terjadi seminggu yang lalu, tapi baru saya ceritakan atau saya tulis belakangan ini, karena saya perlu 'menenangkan' hati dulu supaya ketika saya ngomong nggak dibumbui rasa jengkol eh jengkel dan esmosi.

Jam tiga pagi saya harus ke terminal, jemput orang tua saya. Di perempatan Tamansiswa (*bayangin peta Jogja*), saya berhenti di lampu merah. Sebenarnya sih sepi, nggak ada kendaraan sama sekali. Tapi berhubung saya belum bayar pajak, maka saya harus patuh rambu lalu-lintas. Tiba-tiba, persis di samping saya ada motor yang berenti. Hati riang tak terkira, soalnya ada juga yang belom bayar pajak (*nggak nyambung*).

Dia yang berhenti itu muncul dalam sosok pria umur 30-an, dari bentuk mata dan logatnya saya vonis dia seorang keturunan etnis tertentu. Saya nggak terlalu curiga dia seorang penjahat. Wajah dan raut mukanya 'ramah yang dipaksakan' (ciri khas buayawan). Sok akrab, dia mulai ngajak ngomong ke saya:
Buayawan: "Mas Rendi, ya?"
(Saya nggak menjawab. Bukannya sombong atau never talk to stranger, tapi saya masih ngantuk).
Buayawan: "Mas Rendi kan? Oh.. saya kira Mas Rendi.. Maaf ya, soalnya persis banget temen saya.."
(Dalam hati saya ngomong gini: ""Waah.. ini salah satu keuntungan wajah pasaran, banyak yang nyamain... Jadi kalau rusak, bisa pake punya yang lain..)
Buayawan : "Mas dari Jawa Barat ya? Dari Tasikmalaya?"
(Saya tetep bulum mau jawab, tapi dalam hati saya bilang gini lagi: "Ini orang, udah dicuekin tetep aja ngajak ngomong. Wah, kalo dia seorang marketer, berarti dia marketer sejati. Kalo dia seorang penjahat, berarti dia penjahat yang gigih". Akhirnya saya mau ngomong juga)
Saya: "Bukan... Plat nomornya sama."
Buayawan :"Ohh.. Tinggal di mana, Mas?"
Saya: "Jakal"
Buayawan: "Kuliah di mana, Mas?"
Saya: " xxx " (biasanya, ketika orang lain mulai cerewet, atau bertanya yang nggak pada tempatnya, atau nggak ada urgensinya, saya langsung jawab asal ngawur).
Buayawan: "Abis jalan ya Mas?"
(Saya menggeleng, males ngomong).
Buayawan: "Bener loh Mas, mirip temen saya.."
(Yeee.. nih orang, mentang-mentang tampang sayah generik..)
Buayawan: "Mas... Mau maen Tante nggak, Mas?"
(Dhuarrrr... kayak disamber gledek jam tiga pagi!!)
Saya: "Apa?" (padahal saya denger jelas banget)
Buayawan: "Maen Tante.. Kalau mau, Mas nanti saya hubungi, atau hubungi saya, ini nomor saya" (dia mau ngasih kertas seukuran kartu nama).

Wuahaaa... demi menghormati profesi dia sebagai seorang germo, dan demi menjaga supaya nggak terjadi pertumpahan darah karena buat saya; tak ada pisau, obeng-pun jadi, lebih baik saya tancap gas, walaupun lampu masih merah.

Haha.. setelah kejadian itu, saya sering nyempatin ngaca, ngeliat tampang saya. Ya Allah.. ternyata mungkin tampang sayah mirip gigolo... Oh, betapa sedihnya hatiku...

Maen Tante? Waaahhhh.. saya jadi inget permainan yang diciptakan sama Sukma Ayu; Maen Bejah-Bejahan.. Ah, semoga lekas sembuh, Sukma..!

UPDATE: Pagi hari ini (24/7), saya tabrakan lagi untuk yang kesekian kalinya. Berita baik buat bengkel langganan saya, karena kendaraan saya kondisinya lebih hancur dari kecelakaan-kecelakaan sebelumnya. Oh.. kisah sedih di akhir pekan di akhir bulan..Oh.. syahdu-bidu-bi-dam-dam..

Saturday, July 17, 2004

 

Jogja, Never Ending Love


"..... Merak ati Sang Dewi kang luwes ambeksa. Ambabar caritaning Putri ing Tamansari..."
Mmmmhhhh kayaknya yang ini aja : "... Watch that lady dancing gracefully... she brings to life the legend of Tamansari...how softly and sweetly tradition's calling me............ oh, please let me stay...time don't pass away...I treasure your beauty day to day..........here peace I can find...leave troubles behind...just this city in my mind...a place that's so real and yet makes me feel...like being in heaven up above.........Pure white as a dove...a passion deep in my heart..........A Never Ending Love; Jogjakarta.........
 
Hahaha... itu tadi hanya terjemahan semena-mena dari lirik lagu "Jogja; Cinta Tanpa Akhir" miliknya Mas Katon. Mungkin bagi sebagian orang terlalu berlebihan, tapi terus terang saya memang sangat-sangat suka kota dan budaya Jogja. Jogja telah memberikan begitu banyak inspirasi bagi kehidupan saya, Jogja telah memberikan kedamaian dan ketenangan bagi jiwa saya dan Jogja yang telah membuka mata hati saya.
"....Sapa kang tetirah ing Ngayogya...Rasa tentrem angelus nala...Bumi saya prasaja..." begitu pula lah saya, seorang non-Jawa (padahal Sunda masih Jawa Barat) setuju dengan tiga kalimat terakhir itu. 
 
Tapi, sebesar apapun rasa cinta saya untuk kota dan budaya Jogja, nggak akan sebanding dengan rasa cinta saya untuk wanita ini. Seorang wanita yang telah menemani saya dengan ketenangan, kesabaran dan kelembutan hati. Seorang wanita yang melengkapi bagian jiwa saya dengan kejujuran, ketegaran, kesetiaan dan kasih sayang yang luar biasa. Seorang wanita yang bisa menyejukkan pandangan mata hati saya dan meredakan amarah saya. Seorang wanita yang selalu menyadarkan saya untuk selalu terjaga di tengah malam. Seorang wanita lain yang saya muliakan selain ibu saya....
 
Seorang wanita yang hari ini, 20 tahun yang lalu mulai mewarnai catatan hidupnya. Seorang wanita yang sangat saya cintai; Intan.
Selamat Ulang Tahun........!
 
Digimooooooonnnn I love youuuuu !!!!!!!!


Monday, July 12, 2004

 

"Inverted U-Shaped"


Hyaha.. saya sempet kaget waktu baca postingannya Lala yang judulnya "Teman Saya Apep". Biasanya Dik Lala ini kalo bikin karangan waktu sekolah dulu judulnya "Pengalaman Waktu Libur Sekolah", "Berkunjung ke Rumah Paman" atau paling banter; "Lingkungan Sekolahku yang Asri dan Nyaman"

Yang bikin saya kaget waktu menyinggung masalah titik balik. Saya sama-sekali nggak menyadari kalau selama ini mungkin saya sudah mengalami saat-saat titik balik itu, entah titik balik, titik belok, titik puncak, kurvanya U-shaped atau inverted U-shaped.

Cuma saya sadar, waktu sama-sama kuliah dulu (seingat saya, sekarangpun saya masih kuliah) saya sangat jarang nongkrong di kampus sama temen-temen yang lain. Datang paling terlambat, pulang paling duluan. Rambut gondrong sangar namun terawat (kalau ngaca, saya sering baca Ayat Kursi), ngomong seperlunya, tampang selalu serius (nggak keliatan gigi), nggak pernah pinjem catetan temen, nggak pernah nyontek dan masih banyak kejelekan saya yang nggak bisa disebutkan satu per satu.

Kalau dibilang sekarang saya banyak berubah, saya juga nggak tahu penyebabnya apa. Lala Cinila minta saya untuk sharing, berbagi pengalaman... saya nggak tahu apa yang harus dibagi.

Pada saat Lala dan temen-temen kuliah mengenal saya untuk pertama kali, pada saat itu pula saya sedang dalam keadaan sangat-sangat gelap *whiyy..serem* (mungkin karena Pond's kemasan sachet belum dipasarkan). Saya kehilangan keceriaan, semangat dan kekuatan untuk menikmati hidup. Saya bukan pecundang, karena itu saya yakin bisa balik ke keadaan seperti semula. Yang saya lakukan adalah mengeluarkan racun-racun dari tubuh saya, tanpa harus menjadi beban atau berbagi ketidakenakkan dengan orang lain. Ketika masih di TK Inpres, saya ditanya sama Bu Guru Yoshinaga;
Bu Guru : "Nak Apep, kalau sudah besar mau jadi apa?"
Saya : "Saya hanya ingin berbagi kecerian dengan teman, bukan berbagi beban" (boong banget!)

Saya bisa sedikit lega, karena Lala ataupun teman-teman yang mengenal saya jauh sebelumnya, sudah menyadari munculnya "kegilaan" saya lagi. It's never too late, taun 2000 saya balik lagi ke Jogja untuk menuntut ilmu mulai dari "awal" lagi.

"Ah, kemaren tuh cuma kegilaan yang terpendam selama beberapa tahun, kok!"

Friday, July 02, 2004

 

Ya Tuhan.. Saya Terpaksa Jual Diri..!!


Saya nggak nyoblos tanggal 5 besok, soalnya dulu saya telat mendaftarkan diri jadi Capres. Masyarakat nggak banyak yang tahu bahwa seharusnya ada 6 pasang kandidat.

Nggak apa-apa, buat persiapan tahun 2009 nanti, mulai dari sekarang saya mau jual diri. Jadi, jual dirinya nggak bakalan dadakan soalnya takut keliatan bohongnya.

Persiapan jual diri saya dimulai dengan melakukan personal branding dulu. Karena saya bukan orang cerdas, saya mau pake cara sederhananya Mas William Arruda; 3 C. Clarity, Consistency sama Constancy.

Pertama, Clarity. Saya harus jelas memposisikan diri saya. Karena positioning sebagai reformis udah ada yang pakai, opportunis juga udah ada, membisuis apalagi udah dari dulu, sangaris pasti ada dan poligamis juga kebetulan udah ada. Demi menjunjung tinggi kejujuran, saya mau pake positioning buayawan aja. Nantinya, saya menggandeng Digimon sebagai wapres, biar lebih efektif dan efisien (sunda: epektip dan episien), karena beliau pantas menjadi ibu negara. Maka positioning saya sama Digimon sudah jelas: Buayawan dan Buayawati!

Kedua, Consistency. Saya sama Digimon akan berusaha konsisten mempertahankan positioning sebagai Buayawan dan Buayawati, nggak akan saya ubah-ubah tergantung mood dan trend. Kalau yang lain pura-pura rajin ke pasar, saya akan ke pasar selamanya. Yang lain pura-pura sayang sama rakyat miskin, saya akan selamanya menyayangi rakyat miskin karena memang saya masih miskin. Yang lain rajin ke pesantren, saya nggak bakalan ke pesantren. Saya dan Digimon hanya mau ke pesantren buat ngaji, bukan yang lain-lain. pak Kiyai-nya juga masih banyak kerjaan, nggak usah ngurusin saya, mendingan suruh ngilangin takhayul sama musyrik yang sekarang lagi ngetrend!

Ketiga, Constancy. Biar saya dikenal rakyat, kemunculan saya di media harus konstan, nggak boleh timbul tenggelam. Karena saya nggak punya duit, saya nggak bakalan bikin iklan. Saya punya trik: Karena masyarakat kita ini agak melankolis, gampang terhanyut (sinetron, film india, AFI dll), maka saya akan pura-pura dianiaya. Pasti masyarakat langsung kasihan sama saya dan pasti memilih saya walaupun saya sama Digimon adalah Buayawan dan Buayawati. Nah, lumayan! Saya akan diekspos media secara gratis. Kalo dianiaya udah bosen, saya suruh temen saya untuk memfitnah saya dan memaafkan dia. Begitu seterusnya, yang penting saya terus menerus diekspos sama media.

Naaaahhh....mulai dari sekarang, saya mau jual diri. Tunggu saya di Pemilu 2009. Hmm.. saya mau nonton sinetron sama film India dulu.. See you!

Thursday, July 01, 2004

 

Gue Bangeett!!


Pada zaman dahulu kala (jaman Fir'aun masih pacaran), ada seorang bajak laut bernama Mas Bajak Laut yang hampir tenggelam di lautan, karena diterjang badai. Tinggal dia sendirian yang masih bertahan, anak buahnya udah wafat semua dimakan hiu.

Walaupun berprofesi sebagai bajak laut, tapi dia kadang-kadang inget Tuhan, terutama pas lagi kepepet. "Ya Tuhan.... Maafkan hambamu ini, selamatkanlah hamba.. Hamba belom mau mati, ya.... kalaupun harus mati, jangan mati di laut, plissss.. di darat saja..." Mas Bajak Laut itupun berdo'a.

Dan akhirnya Tuhanpun mengabulkan. Mas Bajak Laut terdampar di suatu pulau sepi tak berpenghuni, belom ada warung bahkan warnetpun belom ada. "Horeeee....... Terima kasih, Tuhan. Engkau telah menyelamatkan hamba... oh... hamba nggak jadi mati di laut" begitu kata Mas Bajak Laut.

Tapi, tiba-tiba muncul 3 (tiga) ekor singa lapar menghampiri Mas Bajak Laut (hanya saya yang bisa membedakan mana singa lapar dan mana singa yang belom bayar kost). Mas Bajak Laut kaget banget. Benar-benar kaget! Dia inget sama do'anya yang dikabulkan Tuhan, ternyata Mas Bajak Laut salah berdo'a. Mas Bajak Laut kan minta diselamatkan, nggak mati di laut tapi di darat... Sekarang ada 3 ekor singa, itu artinya hidup Mas Bajak Laut tinggal sebentar lagi. "Waduuhhh... Tuhan. Masak sih do'a gitu aja diambil hati.." kata Mas Bajak Laut. Kata-kata dia memang terkadang kurang ajar, maklumlah namanya juga bajak laut.

Mas Bajak Laut berusaha menyelamatkan diri, dia cepet-cepet lari, kejar-kejaran sama singa. Akhirnya, usaha dia melarikan diri mentok juga. Dia sampai di ujung jurang, nggak bisa balik lagi karena sang singa menunggu di belakang dia.

Seperti biasa kalo kepepet, Mas Bajak Laut berdo'a lagi. Kali ini sambil menengadahkan tangannya biar lebih khidmat. Setelah berdo'a, dia kaget melihat singa-singa itu belom menerkam dia, malah ikut-ikutan menegadahkan tangannya, persisi seperti yang dilakukan sama Mas Bajak Laut. Mas Bajak Laut hatinya riang bukan kepalang, mungkin do'anya kali ini dikabulkan juga. Tapi karena heran, Mas Bajak Laut bertanya sama singa-singa itu (zaman dulu, singa-singa bisa ngomong dan berdiskusi-red).

Mas Bajak Laut: "Wahai..Singa..!"
Singa 1,2,3 : "Ya, Mas Bajak Laut.."
Mas Bajak Laut : "Loh, kok tahu nama saya?"
Singa 1,2,3 : "Kan baca blognya AaPep!"
Mas Bajak Laut : "Ooohhh... Tapi sebentar... Kenapa kalian nggak jadi menerkam saya, malah ikut-ikutan menengadahkan tangan?"
Singa 1,2,3 : "Ih, sorry yah Mas Bajak laut.. Biarpun kami ini singa, tapi sebelum makan, kami ini biasa berdo'a dulu...!"

Mas Bajak Laut diam seribu seratus lima puluh bahasa. Dia nggak bisa apa-apa mendengar jawaban singa-singa tadi. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah menghadapi kematian. Dan... setelah selesai berdo'a, singa-singa baik hati itupun mulai menyantap makanannya.... dan mereka pun hidup bahagia selamanya!

Hyaaaaaa...... saya malu sama singa-singa tadi! Terus terang saja, kalu mau makan biasanya saya nunggu sampai lapar dulu. Jadi, begitu makan...langsung sikat! Sering lupa berdo'a tapi kadang inget waktu makanannya mau habis. Ah...ternyata saya masih kalah sama singa!

UPDATE: Commenting system baru, shoutbox baru.... Thanks to doneeh.com atas servicenya selama ini..

pelayan

gini-gini juga foto saya

I believe that somewhere in the darkness night; a candle glows!
->"AaPep!"<-

menu kemaren


pesanan



resep tetangga


menu utama


resep

1000 gr. blogger, 500gr. warnadunia, 500gr. cinila, 500 ml. wdcreezz, 500 ml. haloscan, 500 ml. islamicfinder, absolut ad secukupnya, cinta sebanyak-banyaknya.