<$BlogRSDURL$>
 

Tuesday, January 17, 2006

 

Nenek Tua


Saya selalu ketemu dengan nenek tua yang kuat berjualan convenience goods setiap sore sampai pagi hari di pinggir jalan ketika pulang kantor. Nenek tua yang hemat energi karena hanya mengandalkan cahaya lampu teplok.

Walaupun nenek itu hemat energi, namun tetap tua. Dan, dengan ketuaannya itu dia menjalankan emotional marketing, hingga mampu menggerakkan hati saya untuk berbelanja kepadanya. Tanpa harus berusaha keras, dia sudah berhasil membuat saya iba, karena dalam ketuaannya itu dia belum bisa menikmati istirahat di malam hari hanya demi sesuap nasi.

Barang dagangannya nggak begitu laku dan nggak pernah di-update. Nggak ada rokok Mezzo padahal udah di-launch beberapa bulan yang lalu dan bahkan mungkin kalau beli shampoo Rejoice pun nggak akan menemukan shampoo Rejoice dengan logo Unilever yang baru di kemasannya..karena memang bikinan P&G.

Menurut saya, satu hal yang membuat dagangannya nggak begitu laku karena dia berjualan persis di belokan perempatan Pojok Benteng Kulon, dan tentu saja kendaraan yang lewat hukumnya haram berhenti walau hanya berhenti sejenak untuk beli tusuk gigi. Bahkan, buat seorang pejalan kakipun pasti mikir 4 kali untuk nyebrang perempatan hanya untuk ketemu nenek tua tapi ramah dan bersahaja itu. Tapi, untunglah saya selalu pulang jam 11 malam sehingga walaupun berhenti di belokan persis di warung nenek tua itu hukumnya agak halal karena jalannya agak sepi. Si nenek tua itu sedikit terhibur karena ada yang belanja dan saya pun bahagia karena ada juga yang kerja sampai larut malam seperti saya. Jadi, saya dan si nenek sama-sama bahagia.

Namun, dalam hati saya ingin rasanya saya bilang ke nenek tua itu; "Nenek.. Mbok tempat jualannya pindah agak bergeser ke sana, biar orang yang mau belanja gampang..."

Tapi sayang,.... saya nggak bisa bahasa Jawa!

Tuesday, January 03, 2006

 

Do'a


Di awal tahun 2006 ini sesuatu yang baru terjadi di kantor tempat saya bekerja. Lebih disiplin ! Siapapun yang terlambat ke kantor, nggak bakalan dapet catering makan siang. Sebagai gantinya, jatah makan siang akan diberikan kepada orang yang paling disiplin dalam bentuk cash. Asyik juga.. Peraturan ini berlaku bagi siapapun, tanpa kecuali.

Pengen tahu siapa korban pertama di hari pertama? Tentu saja saya... hehehe

Saya lantas mikir, selama ini sebelum makan saya selalu lupa berdo'a. Padahal sudah berkali-kali saya berniat untuk berdo'a, tapi tetep lupa. Heran! Ah, nanti malam saya akan berdo'a supaya saya nggak lupa untuk berdo'a.

Berikut ini tulisan yang pernah saya posting di bulan Juli 2004. Mudah-mudahan, besok saya nggak terlambat lagi dateng ke kantor dan bisa makan siang di kantor.



Pada zaman dahulu kala (jaman Fir'aun masih pacaran), ada seorang bajak laut bernama Mas Bajak Laut yang hampir tenggelam di lautan, karena diterjang badai. Tinggal dia sendirian yang masih bertahan, anak buahnya udah wafat semua dimakan hiu.

Walaupun berprofesi sebagai bajak laut, tapi dia kadang-kadang inget Tuhan, terutama pas lagi kepepet. "Ya Tuhan.... Maafkan hambamu ini, selamatkanlah hamba.. Hamba belom mau mati, ya.... kalaupun harus mati, jangan mati di laut, plissss.. di darat saja..." Mas Bajak Laut itupun berdo'a.

Dan akhirnya Tuhanpun mengabulkan. Mas Bajak Laut terdampar di suatu pulau sepi tak berpenghuni, belom ada warung bahkan warnetpun belom ada. "Horeeee....... Terima kasih, Tuhan. Engkau telah menyelamatkan hamba... oh... hamba nggak jadi mati di laut" begitu kata Mas Bajak Laut.

Tapi, tiba-tiba muncul 3 (tiga) ekor singa lapar menghampiri Mas Bajak Laut (hanya saya yang bisa membedakan mana singa lapar dan mana singa yang belom bayar kost). Mas Bajak Laut kaget banget. Benar-benar kaget! Dia inget sama do'anya yang dikabulkan Tuhan, ternyata Mas Bajak Laut salah berdo'a. Mas Bajak Laut kan minta diselamatkan, nggak mati di laut tapi di darat... Sekarang ada 3 ekor singa, itu artinya hidup Mas Bajak Laut tinggal sebentar lagi. "Waduuhhh... Tuhan. Masak sih do'a gitu aja diambil hati.." kata Mas Bajak Laut. Kata-kata dia memang terkadang kurang ajar, maklumlah namanya juga bajak laut.

Mas Bajak Laut berusaha menyelamatkan diri, dia cepet-cepet lari, kejar-kejaran sama singa. Akhirnya, usaha dia melarikan diri mentok juga. Dia sampai di ujung jurang, nggak bisa balik lagi karena sang singa menunggu di belakang dia.

Seperti biasa kalo kepepet, Mas Bajak Laut berdo'a lagi. Kali ini sambil menengadahkan tangannya biar lebih khidmat. Setelah berdo'a, dia kaget melihat singa-singa itu belom menerkam dia, malah ikut-ikutan menegadahkan tangannya, persisi seperti yang dilakukan sama Mas Bajak Laut. Mas Bajak Laut hatinya riang bukan kepalang, mungkin do'anya kali ini dikabulkan juga. Tapi karena heran, Mas Bajak Laut bertanya sama singa-singa itu (zaman dulu, singa-singa bisa ngomong dan berdiskusi-red).

Mas Bajak Laut: "Wahai..Singa..!"
Singa 1,2,3 : "Ya, Mas Bajak Laut.."
Mas Bajak Laut : "Loh, kok tahu nama saya?"
Singa 1,2,3 : "Kan baca blognya AaPep!"
Mas Bajak Laut : "Ooohhh... Tapi sebentar... Kenapa kalian nggak jadi menerkam saya, malah ikut-ikutan menengadahkan tangan?"
Singa 1,2,3 : "Ih, sorry yah Mas Bajak laut.. Biarpun kami ini singa, tapi sebelum makan, kami ini biasa berdo'a dulu...!"

Mas Bajak Laut diam seribu seratus lima puluh bahasa. Dia nggak bisa apa-apa mendengar jawaban singa-singa tadi. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah menghadapi kematian. Dan... setelah selesai berdo'a, singa-singa baik hati itupun mulai menyantap makanannya.... dan mereka pun hidup bahagia selamanya!

Hyaaaaaa...... saya malu sama singa-singa tadi! Terus terang saja, kalu mau makan biasanya saya nunggu sampai lapar dulu. Jadi, begitu makan...langsung sikat! Sering lupa berdo'a tapi kadang inget waktu makanannya mau habis. Ah...ternyata saya masih kalah sama singa!

pelayan

gini-gini juga foto saya

I believe that somewhere in the darkness night; a candle glows!
->"AaPep!"<-

menu kemaren


pesanan



resep tetangga


menu utama


resep

1000 gr. blogger, 500gr. warnadunia, 500gr. cinila, 500 ml. wdcreezz, 500 ml. haloscan, 500 ml. islamicfinder, absolut ad secukupnya, cinta sebanyak-banyaknya.